Minggu ini Aku berkesempatan terbang ke timur Indonesia dan ujung barat Indonesia. Senin pagi terbang menembus waktu, memajukan umurku dua jam lebih tua, ke Ternate. Makan malam menikmati ikan bakar yang segar, yang cuma pingsan katanya. (Tidak seperti di Jawa yang matinya berkali-kali, juga katanya.) Kalau ke Ternate, jangan lupa berkunjung ke sini, terminal angkot yang malamnya disulap menjadi kedai ikan bakar, ada 2, pilih saja salah satu. Enak? Jangan ditanya, kucing-kucing di bawah kakiku saja tak sabar menunggu. Selesai itu, kami sempatkan mampir tukang durian. Tiga durian untuk tiga orang, rasanya lebih dari cukup. Enak? Jangan ditanya (lagi). Tukang durian memotong dan membelahnya tanpa menawarkan kami untuk mencicipinya terlebih dahulu. Pede kali dia. Tetapi memang ahlinya lebih tahu dari kami. (Hebat Kamu, Bang!) Menikmati durian di pinggir laut sambil mendengar dentuman keras musik setiap kali angkot lewat, lengkap dengan lampu disconya. (Eh, lampu disco tahu kan? Kalau gak, coba tanya orang tuamu.) Supir-supir itu memang luar biasa, mungkin rela tidak makan, hanya untuk mempercantik dan menggelegarkan angkotnya.

Selasa pagi, acara peluncuran Galeri Investasi Mobile di Universitas Khairun. Dalam seminar, sempat diinformasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adanya produk bodong yang ditawarkan di sana. (Kita terbiasa dengan istilah ‘investasi bodong’ dan Aku tak rela kata ‘investasi’ dipakai untuk itu.) Sudah memakan korban, puluhan milyar rupiah, bahkan diduga ratusan. Tawarannya, imbalan keuntungan 25% per minggu dan 100% per bulan.

… mari kita hening sejenak…

Bukan materiku untuk membahas itu di acara, ada dua pejabat OJK di sana, tetapi tidak bisa menghentikanku untuk menyinggungnya. Entah geram, entah sedih, entah apapun perasaanku. (Tinta tulisanku pun belum sempat kering, Bodong posted 16032018.) Persis di awal sesiku, sebelum membawakan materiku, Aku bersuara.

“Kita itu sebenarnya lugu atau serakah? Ataukah gabungan dari keduanya?”

Maafkan Aku…

Itu bukan kalimat yang menunggu jawaban dari yang hadir. Itu adalah pertanyaan yang tak perlu dijawab. Itu adalah untuk instropeksi. Itu adalah ajakan.

Kembali ke Jakarta, Selasa malam, untuk bersiap Rabu subuh terbang ke Banda Aceh. Mendarat dan langsung hadir di acara relaunching Galeri Investasi di Universitas Syiah Kuala. Senang rasanya bertemu anak-anak muda yang bersemangat, dari Kelompok Studi Pasar Modal, dari komunitas Investor Saham Pemula, juga dari mahasiswa yang sudah jadi investor. (Kalianlah doppingku, Nak, hahaha…)

Selesai makan siang, inilah perjalanan darat 10 jam itu, perjalanan darat terpanjang yang Aku lakukan dalam 3 tahun terakhir ini. Banda Aceh ke Tapak Tuan, Aceh Selatan. Jalanan aspal mulus naik turun bukit dan lurus panjang, sebagian membelah bukit, membuat perjalanan terasa nyaman. Landscape kiri kanan, hamparan sawah dengan padi mulai menguning, rumah penduduk yang berjejer, mesjid-mesid dengan kubah cantiknya, laut dan hamparan pulau-pulau kecil, pantai dengan barisan pohon cemara, matahari terbenam dalam awan tebal, bukit dan jurang. Tak ketinggalan lembu-lembu di pinggir jalan yang kadang kalau menyeberang tidak pakai lihat kiri kanan dulu. Bahu jalan yang lebar langsung menggelitik kakiku. (Berapa KM perjalanan kita? Sekitar 450. Ooh, butuh berapa jam ya? Atau berapa hari? Kalau berlari.)

Tiba di penginapan tengah malam (hal biasa kalau Aku sedang “bertualang” di Aceh), langsung zzz… Bangun pagi dan bersiap untuk peresmian Galeri Investasi di STAI Tapak Tuan. Galeri Investasi BEI ke 353, rata-rata 2 galeri baru berdiri setiap minggunya di salah satu (tepatnya salah dua) perguruan tinggi di Indonesia, dalam 2 tahun terakhir. Jangan lihat angkanya, lihat minatnya, lihat antusiasnya, lihat semangatnya.

Dalam acara seminar, seorang ibu dari Blangpidie, Aceh Barat Daya, bertanya dan curhat (izin ya, Bu). Apakah acara seperti ini hanya untuk kampus dan mahasiswa? (Tidak Bu, kita punya desa nabung saham, galeri gampong, masyarakat nabung saham, pangkalan nabung saham, galeri pasar, galeri emiten. Siapapun berhak untuk menjadi investor, dan bisa, dan kalau mau. Mari kita adakan acara di Blangpidie, Bu.) Saya sudah menjadi investor satu setengah tahun terakhir, “kalah” 30%, “main saham gorengan”, sering berkeringat dingin (kalau saham sedang turun, maksudnya), apa yang harus saya lakukan, lebih baik menjadi investor atau trader? (Bu, jadilah investor, dengan saham berkinerja baik tentunya. Investor sejati tidak pernah khawatir dengan gerakan harian mingguan bulanan saham, investor tidak berkeringat dingin karena itu. Pun hari-hari ini ketika harga saham naik turun bak yoyo. Investor hanya khawatir kalau dia tidak punya dana untuk secara rutin membeli sahamnya, menabung sahamnya.) Berapa jenis saham yang sebaiknya dimiliki? (Ah, maafkan Bu, yang ini ketinggalan dijawabnya. Punya 5 atau 10 perusahaan saja, sudah lebih dari cukup, menjadikan kita konglomerat baru. Sejajar dengan konglomerat-konglomerat itu, betul kan, Bu?)

Selesai acara, menyempatkan waktu berkunjung ke pantai, lokasi Tapak Tuan, tapak kaki raksasa itu, sebelum menempuh perjalanan kembali ke Banda Aceh, menikmati matahari senja, menyantap makan malam sate Matang di Meulaboh, menembus hujan lebat, tiba di hotel tengah malam lagi. Aku lelah. Tetapi Aku mau menulis.

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

6 replies on “ANTARA TERNATE DAN TAPAK TUAN

  1. Terima kasih atas pencerahannya pak, jarak Blangpidie – Tapak Tuan yang kami tempuh selama 2 jam perjalanan dengan sepmor terasa tidak ada apa apanya dibandingkan ilmu yang kemudian kami dapatkan langsung dari Pak Nicky. Membuka cakrawala berfikir saya mengenai investasi dan tentunya sangat menantang saya untuk terus memperbaiki diri dan porto saya.

    Like

    1. Terimakasih Bu Sri, senang bisa ketemu, senang bisa buka galeri di Tapak Tuan. Semoga bermanfaat dan semoga juga berkesempatan berkunjung ke Blangpidie. Salam untuk Bapak 🙏

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.