Hong Kong, 28 April 2019

Anakku,

Tadi pagi berlangsung acara Investor Saham Pemula (ISP), edukasi sosialisasi investasi saham dan reksadana yang dihadiri oleh lebih dari 200 peserta, hampir seluruhnya adalah para wanita, Pekerja Migran Indonesia (dulu disebut Tenaga Kerja Indonesia) di sini, Hong Kong. Senang sekali bisa bertemu dengan ratusan teman-teman setanah air di negeri orang, berbicara dengan bahasa sendiri, dengan topik tentang negeri indah kita. Teman-teman yang baru beberapa tahun menetap hingga yang telah belasan tahun mencari nafkah di sini. Teman-teman yang asalnya dari Sumatera, Sulawesi, dan tentunya Jawa. (Mungkin ada juga dari pulau lainnya, tidak sempat kutanyakan.) Teman-teman yang sejak jauh-jauh hari sudah mendaftar (karena kapasitas ruang yang terbatas) untuk ikut acara, memenuhi hall yang disediakan dengan baik hati oleh Bank BNI Cabang Hong Kong. Teman-teman dengan latar belakang investasi sangat ekstrem bervariasi, dari yang sudah berpengalaman membeli saham (portfolionya ratusan juta rupiah, kaget?) dan reksadana bertahun-tahun sebelumnya (dan tetap rutin menyisihkan sebagian gaji bulanannya untuk diinvestasikan), hingga yang tanpa pengalaman sama sekali dan tanpa malu sedikitpun menyebut dirinya “be o de o ha” di depan forum. Yang datang duduk seharian dibekali snack pengganti makan siang, di hari Minggu (satu-satunya hari libur mereka) yang mestinya bisa dimanfaatkan untuk beristirahat setelah bekerja Senin sampai Sabtu, atau berkumpul bercanda ria di acara mingguan di Victoria Park, nyatanya tidak beranjak sampai acara usai tuntas di sore hari. Yang datang entah dari penjuru mana saja di Hong Kong, plus yang harus menempuh perjalanan duasetengahjam dari daratan Tiongkok menyeberang ke pulau ini. Yang tidak berhenti tertawa, bercanda, berseru, bersorak, bertepuktangan, diam menyimak serius, dan melontarkan pertanyaan demi pertanyaan.

Dan yang kalimatnya ini mungkin akan selalu terngiang di kepalaku untuk waktu yang lama. “Memangnya kita mau terus menerus bekerja di negeri orang sampai kita mati?”

Anakku,

Sebuah kehadiran. Kontak mata, kontak fisik. Kita sering sekali mengabaikan itu. Mungkin tidak bermaksud tidak menganggap penting yang menunggu kehadiran kita (kecuali memang sebaliknya?), sebenarnya ketidakhadiran kita di sisi lain bukankah menunjukkan bahwa kita sendiri tidak menganggap diri kita penting? Aku ulang ya, Nak. Ketidakhadiran kita bukankah sebenarnya menunjukkan bahwa kita sendiri tidak menganggap diri kita penting? Bukan begitu? (Bukan sok penting, bedakan ya Nak.) Sebuah kehadiran akan mampu menciptakan banyak hal yang tadinya tak ada. Buruk menjadi baik. Negatif menjadi positif. Pesimis menjadi optimis.

Kehadiran teman-teman, karena mereka semua menganggap acara itu penting, ya. Mereka menganggap yang bakal ditemui juga penting, ya. Dan mereka hadir karena menganggap diri mereka penting, YA. Penting untuk diri sendiri, untuk keluarga, untuk orang tua, untuk sanak saudara, di Indonesia. Untuk masa depan. Kami yang dari Jakarta – tiba Sabtu sore, kembali Senin pagi – tidakkah berpikiran yang sama? Ya Nak, sama. Kami orang-orang penting hadir bertemu dengan mereka orang-orang penting di acara yang penting.

Karenanya, we’re trying our best. (Aku duduk berpikir keras, sungguh, ketika dua pembicara pertama telah menyampaikan dengan baik hal-hal mengenai investasi dan saham. Apa lagi yang harus disampaikan? Untungnya, itu tadi Nak, ada kebaikan-positif-optimis yang tercipta dari sebuah kehadiran.) And we did it, well.

Langit Hong Kong mulai gelap ketika saatnya kami berpisah. Saling bersalaman dan yang terucap dari mulut kami hanyalah, “Sampai bertemu lagi.” Namun jauh di dalam lubuk hati, kami masing-masing berbisik, “Semoga bukan di Hong Kong, tetapi di Indonesia.”

Salam Kangen,

Ayah

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

4 replies on “SURAT UNTUK ANAKKU (9)

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.