Saya merasa menyesal dan bodoh, membeli saham Unilever (“UNVR”) dan hingga hari ini portofolio satu itu masih saja merugi…
Tapi saya layak bersyukur, uang saham itu masih utuh -walaupun berkurang- tidak saya belanjakan HP terbaru waktu itu, atau keperluan yang lain-lain. Lagian saya masih rutin terima dividen 3%-an per tahun, masih lebih tinggi daripada di tabungan, mayan pintar…

Saya merasa bodoh dan menyesal, berkali-kali saham Bank BRI (“BBRI”) menyentuh harga Rp 4.800-an dan tidak saya jual…
Tapi saya juga berhak mempredikatkan diri pintar. Untuk -lebih- banyak kali. Bersyukur, karena saham itu tidak saya jual ketika harganya menyentuh titik Rp 3.000 atau Rp 3.300 atau Rp 3.500 atau Rp 4.000, atau di sepanjang rentang harga itu…

Saya bodoh tapi tidak menyesal, karena saya tidak fomo. Fear of missing out. Waktu ramai-ramai pompom saham ini itu, saya tidak terpengaruh. Ada ramai-ramai katanya lagi tren produk ini itu, saya juga bergeming tuh. Uang uang saya kok mau dengerin saran gak jelas orang lain. Masa depan hal yang pasti, masa’ dipertaruhkan di sesuatu yang tidak pasti. Daripada gubris saham ini itu, produk ini itu, mending saya kerja lebih giat buat dapat uang lebih banyak buat investasi saham lebih banyak, sambil nekunin hobby lari jauh atau piara ikan cupang…

Saya tidak menyesal bodoh, karena saya pintar bersyukur…

*penyebutan nama saham bukan rekomendasi -itu sudah pasti- hanya contoh belaka

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

2 replies on “MENYESAL BODOH PINTAR BERSYUKUR

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.