Sabtu, Sekura – Sambas, KalimantanBarat

Anak kelas 3 SMP itu memegang buku “Yuk Nabung Saham” dan ballpen. Michelle, gadis berkacamata bulat, antara ragu dan malu menyodorkan buku yang baru dibelinya secara on-line beberapa hari lalu. Saya meraihnya, dan menandatangani dengan sukacita, tidak pernah terbayangkan sebelumnya menemukan buku merah maroon itu di pedalaman Kalimantan. Kami berjalan berdua menyusur deretan toko-toko, mendengarnya bercerita soal transaksi saham dan valas pamannya. What a good day, ketika di ujung pertemuan kami, dia mengatakan, “Saya mau menabung saham.”

Selasa, Tengah Kota – Jakarta

Security: Tigaenam koma empat, Pak.
“Terimakasih.”
Security: Pak, saya mau belajar investasi, saya mau mulai dari membaca buku Bapak, tapi belum bisa dapatkan di toko buku.
Saya terkesima.

(Siang itu, ketika dia -seorang gadis baru lulusan SMA- mengukur temperatur saya, seperti biasa, tugas yang dilakukan seorang security untuk setiap orang yang akan masuk gedung.)

“Saya mau belajar, mau sukses, masih haus ilmu, masih banyak cita-cita yang belum tercapai, mau masa depan yang lebih cerah.”

Kamis, Direct Message – Dunia Maya

Seorang Pekerja Migran Indonesia di luar negeri, di sela-sela waktunya jam masak sebelum bosnya yang akan segera pulang, menceritakan -mengeluhkan- pembukaan rekening sahamnya yang telah tiga minggu tidak kunjung selesai. Belajar terus walau belum benar-benar terjun, keinginan maju dan semangatnya yang menggebu campur aduk dengan kesedihannya ketika melihat teman-teman lainnya sudah mulai nabung saham.

Boleh kan Pak orang bodoh seperti saya punya cita-cita buat maju?
“Kalau punya tekad seperti itu, justru membuktikan bukan orang bodoh.”

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

2 replies on “WHAT A GOOD DAY

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.