Mulai sekarang sebaiknya kita tidak lagi memakai istilah “investasi bodong”. (Titipan sponsor, sama juga, jangan lagi dong pakai istilah main saham, please, pakai saja kata-kata investasi saham atau jual beli saham, terimakasih.) Kata investasi terlalu mulia untuk ditempelkan dengan kata negatif yang terus menerus memakan korban itu. Mari pakai istilah PT bodong atau produk bodong atau apapun itu, tapi tidak investasi. Karena hakekatnya, memang itu bukanlah investasi, itu adalah penipuan, murni penipuan.

Sekarang mari kita coba tengok ke para korban. Saya coba mengkategorikan dua kelompok korban. Pertama, para korban yang memang tidak mengerti kalau itu adalah penipuan. Berpikir bahwa itu adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan keuntungan besar dengan jalan cepat dan mudah. Berpikir bahwa dia sedang berinvestasi, padahal sebenarnya dia sedang berspekulasi. Kata cepat dan mudah dengan sendirinya sudah berarti berspekulasi, dan bukan berinvestasi. Berspekulasi berarti beresiko tinggi, kalau tidak mau dikatakan sangat tinggi. Anda mau mempertaruhkan uang Anda yang Anda kumpulkan dengan susah payah, dengan keringat dan airmata, siang malam, bertahun-tahun, untuk dispekulasikan? Dengan resiko blazz hilang dalam sekejap? Kita harus selalu dan selalu ingat, investasi itu tidak ada yang cepat. Apa boleh buat, investasi itu membosankan! Butuh waktu dan penantian panjang, seperti menanam pohon dan menunggunya tumbuh besar, kokoh, rimbun dan berbuah. Lama? Ya! Tapi nikmatilah buahnya nanti, berteduhlah di bawah rimbun pohon investasi kita nanti. Nanti.

(Bangsa ini bangsa instan, bukan saja karena menggemari mie dan kopinya, namun juga selalu berharap segala sesuatu semudah merebus mie dan secepat menyeduh kopi. Termasuk berinvestasi. Bangsa yang instan juga tampak di jalan raya. Pengendara motor yang menerobos lampu merah, naik ke atas trotoar, melaju melawan arus adalah cerminan itu. Berharap tujuan instan. Kebiasaan yang menjadi karakter. Merusak karakter. Setiap kali Anda lakukan itu, Anda sebenarnya sedang membiarkan karakter Anda membusuk, sedikit demi sedikit, perlahan-lahan.)

Selalu cek slogan 2L yang pernah saya dengar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), legalitas dan logis. Legalitas untuk mempertanyakan apakah produk itu tercatat dan memperoleh izin dari otoritas? Tinggal telpon saja, semudah itu. Logis untuk mempertanyakan apakah keuntungan yang ditawarkan masuk akal? Untung 2% per bulan? Hmm. Atau 5% per bulan? Astaga! 10% per bulan? Ayolah, jangan bermimpi! Sekadar mengingatkan saja, bunga bank saja paling tinggi setinggi-tingginya saat ini mungkin hanya 6% atau 7%. Dan itu per tahun. Ya, per tahun! Jangankan keduanya, salah satu saja tidak terpenuhi, tinggalkan tawaran-tawaran itu, lempar ke tong sampah.

Anggaplah saya tidak mau mengatakan para korban pertama ini greedy, serakah. Hanya ketidaktahuannya yang dimanfaatkan oleh penjahat-penjahat PT Bodong. Semoga setelah membaca tulisan ini, Anda bisa membedakan mana yang namanya investasi dan mana yang namanya spekulasi (baca: penipuan).

Kategori kedua, korban yang memang tahu produk itu adalah spekulasi. Semoga saya salah, tidak pernah ada kategori ini. Tetapi izinkan saya berkhayal. Korban kedua yang jelas-jelas sudah mengerti (dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan yang tinggi) tetapi tetap bergabung. (Dan PT-PT itu mungkin hilang tumbuh berganti karena menyadari dan menggemari adanya kelompok kedua ini.) Satu kata saja, greedy, serakah. Mau cepat kaya. Keuntungan 10% dibayarkan per bulan? Kenapa tidak? Saya hanya butuh waktu sepuluh bulan untuk balik modal dan aman, selanjutnya saya tinggal menikmati keuntungan besar. Saya bertaruh untuk sepuluh bulan pertama itu, karena saya tahu satu saat akan “meledak”. Saya tahu itu bodong. Itu money game! Saya berpendidikan dan tidak bodoh kok. Saya hanya perlu berdoa semoga “ledakannya” bukan dalam sepuluh bulan kedepan.

Khayalan saya mulai liar, mohon izin. Korban kedua kita berpikir, supaya tidak cepat “meledak”, PT Bodong butuh amunisi terus menerus. Again, namanya juga money game kan? Saya akan “membantu” PT Bodong untuk terus bergulir karena saya perlu mengamankan taruhan saya. Saya akan mengajak teman tetangga sanak saudara saya untuk bergabung. (Alamak, jahatnya!) Saya akan menambah porsi doa saya semoga selama mereka bergabung, PT Bodong masih berdiri kokoh nan megah. Tetapi kalau keburu “meledak” hancur lebur tunggang langgang, ya, itulah yang namanya resiko. “Maafkan saya, kita sama-sama tertipu, kok.” Kata itu saja yang perlu saya siapkan. Padahal ini sudah bulan ketigabelas.

Sekali lagi, semoga saya salah besar dan tidak pernah ada korban kategori kedua ini. Tetapi kalau ternyata ada, bagaimana? Berapa banyak korban kategori kedua ini dan korban-korban yang diciptakannya? Lebih banyakkah korban keserakahan dibandingkan dengan korban ketidaktahuan? Di dunia ini, atau di Indonesia tercinta kita ini, lebih banyak manakah, orang yang serakah ataukah orang yang lugu?

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.