“Sanctus, Sanctus, Sanctus Dominus Deus Sabaoth;
Pleni sunt coeli et terra gloria tua
Hosanna in excelsis”

Seorang anak gadis umur sembilan tahun
Berambut coklat pirang sepunggung diikat karet
Dalam jubah anggun warna merah darah
Berjalan perlahan ke meja altar
Mengiringi pastur dan rombongannya
Berulang kali menengok ke kiri kursi paling depan
Ibunya berpaling sejenak dalam khusuk berdiri menyambut misa

Sang gadis duduk di samping kanan atas altar
Ini kali pertama dia menjadi misdinar
Senyumnya mengalahkan malaikat kecil di atasnya
Lesung pipitnya membentuk keelokan tanpa dasar
Matanya tak pernah hendak lepas memandang ibunya
Bola matanya bertabur ribuan bintang terindah yang pernah ada
Dan di sana ada danau tenang yang airnya seakan sebentar lagi meluap

Sang ibu hanya menatap lurus ke depan dan sesekali menunduk
Seolah tak menghiraukan pandangan bangga dan senyum malu anak gadis itu

Usai misa, dia berjalan bergegas ke arah ibunya
Memeluknya
Mencium kedua pipinya
Meraih tangannya
Lalu menuntun perlahan ibunya yang buta

“So faith by itself, if it has no works, is dead.”

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.