Teman saya ingin mulai berlari. Tetapi berbagai cerita menghantuinya.
“Nanti kram, lho.” (semacam kontraksi otot)
“Form larinya harus benar.” (setahu saya kalau kaki kanan ke depan, kaki kiri di belakang; kalau duaduanya ke depan, itu namanya loncat)
“Hati-hati aging.” (mungkin takut si pelari awet muda)
Saya bertanya, siapa sih yang ngomong?
“Katanya.”
Nya bukan pelari, tetapi sok tahu. (Nya paham gak sih apa yang dia ucapkan?)
***
Teman saya ingin mulai berinvestasi. Tetapi berbagai cerita menghantuinya.
“Nanti stress, lho.” (semacam kontraksi otak)
“Ilmu investasinya harus pintar.” (setahu saya kalau beli saham, simpan saja tidur tenang; kalau warawiri sanasini, itu namanya spekulasi)
“Hati-hati rugi.” (mungkin takut si investor untung)
Saya bertanya, siapa sih yang ngomong?
“Katanya.”
Nya bukan investor, tetapi sok tahu. (Nya paham gak sih apa yang dia ucapkan?)
***
Teman saya ingin…
Teman saya…
Teman…
“Ingat, jangan pernah percaya siapa pun yang tidak kita pahami ucapannya. Apalagi yang mengatakannya pun tidak memahami apa yang diucapkannya.” ~ Memahami Dua Dunia, hal. 21, SSfaSI
NH