“There are some realities that you can only see through eyes that have been cleansed by tears.” ~ Pope Francis
Air mataku menitik. Mulutku gemetar menggigit roti tawar beroles mentega dan gula pasir yang disodorkan Ayah. Kemarahan tadi perlahan telah berubah menjadi tangisan. Ayah menatapku lembut, lalu berucap.
“Hari ini kau kalah, mungkin besok kau menang dari sepupumu. Dalam permainan catur, selalu akan ada yang menang dan ada yang kalah. Juga dalam kehidupan.”
“Nak, ingatlah selalu, ketika kamu kalah, ketika kamu dikalahkan, kamu memiliki dua pilihan. Marah atau menangis. Marahlah, dan setan-setan akan tertawa untukmu. Menangislah, dan malaikat-malaikat akan menangis bersamamu.”
Air mataku berlinang.
Aku memilih menangis.
NH