Berita anyar (kutipan Grid.ID): “… Hutang Rp17 miliar tersebut diakui oleh (nama Sang Artis) lantaran dirinya salah langkah dalam mengelola saham, Forex.” Namun ada juga berita lainnya, tanpa menyebut kata “saham”. Entah benar mana.
Mungkinkah saham bisa berakibat parah? Gitu?
1. Ya, kalau beli saham senilai Rp17 miliar dan perusahaannya bangkrut. Selesai. Jadi gimana? Jangan beli saham yang perusahaannya bakalan bangkrut dong. Argh, kan gak tau?! Ya, kita gak tahu perusahaan mana yang bakalan bangkrut, tapi kita tahu perusahaan mana yang gak bakalan bangkrut. Kan?
2. Ya, kalau beli saham senilai Rp20 miliar, harganya turun hingga tersisa Rp3 miliar (atau berapa berapapun yang menyebabkan selisihnya rugi Rp17 miliar). Argh, kan kalau sudah dijual, kalau disimpan kan belum rugi. Jiah, menghibur diri, rugi is rugi, Bro. Jadi gimana dong? Jadi jadilah investor perusahaan-perusahaan bagus. Memang gak bisa turun? Bisa banget. Percayalah, perusahaan-perusahaan yang bagus kinerjanya (yang laporan keuangannya bagus dari waktu ke waktu – kalau gak suka angka, mbok jangan gak suka baca juga, bisa cilaka) mungkin saja turun satu waktu atau dua tiga waktu, tetapi akan ada saatnya pasar saham rasional. Selalu. Pasar selalu fair, Nak, hidup pun.
3. Ya, kalau punya uang Rp17 miliar, tetapi belanja sahamnya Rp34 miliar. Lha, ngutangan? Ya, pembiayaan atau istilahnya, margin. Kalau saham kita turun Rp10 miliar, wajib hukumnya harus nambah uang (istilah kerennya: top up). Ndak punya uang lagi? Ya tuh saham dijual paksa (istilah kejamnya: force sell). Pan baru rugi Rp10 miliar? Sepuluh miliar tuh gede, Tong. (Sana terusin srimulatnya sampai paspasin Rp17 miliar!) Njlimet gitu sih? Makanya #stopbeingnjlimet.
Sayupsayup suara emas Broery terdengar:
Sampai kapankah kau harus begini
Mungkinkah kau ingin terus begini
Mengapa oh mengapa
Aku tak percaya
NH