Sebuah teriakan orang dewasa, “Kuno…”, meruntuhkan seluruh kebanggaan, dan kebahagiaan kekanakanku. Airmataku mengalir, padahal lagu yang kusukai dan sedang kunyanyikan, “Di sini senang, di sana senang, di manamana…” belum selesai. Aku turun panggung. Sebuah panggung sore, jadi-jadian, main-mainan bocah-bocah dekil sebuah kampung miskin di pinggiran Sungai Sambas. Kebahagiaan masa kecil yang terenggut, kebanggaan masa kecil yang tercampakkan, trauma masa kecil yang entah terbawa atau tidak.
Read More