Tito berkata, orang mati bisa karena sudah berhenti bernapas, atau mati karena otak berhenti berpikir, atau juga mati ketika orang sudah tidak tahu lagi siapa kita. Berkaryalah, untuk selalu dikenang, untuk kita tidak akan pernah mati.
Read More
KNOW ME BETTER. LIKE ME LESS.
Tito berkata, orang mati bisa karena sudah berhenti bernapas, atau mati karena otak berhenti berpikir, atau juga mati ketika orang sudah tidak tahu lagi siapa kita. Berkaryalah, untuk selalu dikenang, untuk kita tidak akan pernah mati.
Read MorePergilah ke Takengon, nikmati negeri di atas awan di kaki gunung Leuser, nikmati sejuknya malam di ketinggian 1200 mdpl, nikmati pesona Danau Laut Tawar, nikmati lezatnya depik – ikan khasnya, nikmati kopi Gayo di tengah-tengah kebun kopi. Karena hidup hanya sekali.
Berkunjunglah ke Takengon, 1 jam perjalanan udara dari Medan atau 8 jam perjalanan darat dari Banda Aceh atau Medan, mampirlah ke Pak Syukri di Kafe Negeri Kopi, tempat berkumpulnya para investor dan trader saham, yang tertawa ketika investasi sahamnya berbagi dividen atau ketika naik, dan juga tetap tertawa-tawa ketika turun, sembari menghirup kopi. Karena hidup hanya sekali.
Berinvestasilah. Seperti dr Mahathir Muhammad, seorang dokter muda Banda Aceh yang ingin merdeka, dan memerdekakan. Memerdekakan negeri dari dominasi mayoritas investor asing, memerdekakan diri dari kemiskinan yang sering kali kita ciptakan sendiri, memerdekakan pikiran bahwa hidup hanya untuk hari ini. Karena hidup hanya sekali.
Belajarlah. Sejatinya hidup bukan hanya untuk diri sendiri, belajarlah hal benar, belajarlah dengan giat, belajarlah tanpa gentar, belajarlah menjadi berguna, belajarlah untuk berbagi. Karena mati bisa berkali-kali. Karena hidup hanya sekali.
Read MoreSaya suka istilah mentor saya, Dr. Tito Sulistio, “Negara harus hadir!” Di setiap provinsi -dalam hal investasi dan pasar modal- OJK dan BEI harus hadir, physically. (Kalau saya kepala daerah yang daerahnya tidak “dihadiri”, saya akan sangat tersinggung, kecuali itu adalah sinyal bahwa daerah saya direlakan merdeka.) Atau kalau masih berhitung angka-angka, otoritas harusnya sadar bahwa kebodohan dan tipu-tipuan itu jauh lebih besar biayanya, dibanding sekadar bayar sewa gedung, bayar listrik, dan gaji beberapa gelintir manusia. Rian dan Nasir baru saja mengajarkan kita bagaimana agar setidaknya 10% penduduk Indonesia menjadi investor pasar modal. Datangilah warga, “rumah demi rumah”. Seperti mereka, berempatilah.
Read More“We cannot force someone to hear a message they are not ready to receive. But we must never underestimate the power of planting a seed.”
Read More