Anakku,
Writing, someone said, is turning blood into ink. Jadi, selama darahku masih mengalir dan belum membeku, mungkin aku masih akan terus menulis. Semoga Kamu tidak bosan membacanya. Syukursyukur malah setia merindukan tulisanku.
We cannot force someone to hear a message they are not ready to receive, but we must never underestimate the power of planting a seed. Nah! Dua kalimat bahasa bule itu lebih dari cukup untuk terus memeras seluruh isi kepalaku, menggali kedalaman relung hatiku dan menarikan lincah jari-jemariku.
Anakku,
Kenapa banyak orang terlambat, dan aku harus datang tepat waktu?
Kenapa temantemanku menyontek, dan aku tidak boleh ikutikutan?
Kenapa sepeda motor melaju lawan arus, sedangkan aku selalu patuh aturan?
Kenapa mobil di depanku berhenti di yellow-box-junction, sedangkan mobil di belakangku terus membunyikan klakson?
Kenapa lingkunganku penuh dengan sumpah serapah, dan aku tidak turut menyampah?
Kenapa orang-orang marak korupsi sana sini, dan aku tetap sok-suci?
Dan kenapakenapa lainnya.
Jawabannya adalah Integritas. Dengan I besar, Nak. Kita terlalu sering menjalani hidup, hanya karena orang lain. Hidup kita dipengaruhi dan tergantung orang lain, seolah hidup kita milik mereka. Kita menjalani hidup dengan menipu diri kita sendiri. Alamak! Menyedihkan bukan hidup yang demikian? Dan seperti yang pernah kutulis sebelumnya, pengabaian halhal kecil, halhal keseharian, perlahanlahan akan menciptakan pembusukan moral kita. Dan satu saat kita akan membayar untuk itu. Energi negatif tidak akan pernah musnah. (Tentu saja berlaku pula untuk energi positif.) Hukum alam, hukum fisika, bukan?
Tengoklah negara kita. Dunia sosmed kita. Penuh dengan umpatan kebencian tanpa moral. Komentar-komentar negatif menjijikkan. Masih ditambah pula dengan tanda jempol dan hati atas halhal yang jelasjelas tidak benar, tidak baik, tidak bermoral. Kembali, semuanya adalah soal Integritas. Integrity. (“The quality of being honest and having strong moral principles; moral uprightness.”)
While our surroundings are satisfactory we are kind, modest and quiet, but it is questionable if we will behave likewise when the conditions change and become unsatisfactory.
Bagiku, Integritas adalah masalah kita dengan diri kita sendiri. (Dan dengan Pencipta kita.) Orang-orang mau datang terlambat, menyontek, melaju lawan arus, berhenti di kotak kuning, menebar sumpah serapah, korupsi, tidak boleh mempengaruhi sedikitpun kualitas prinsip moral kita. Kita hidup karena diri kita sendiri, oleh diri kita sendiri, untuk diri kita sendiri, bukan karena orang lain, bukan oleh orang lain, dan bukan untuk orang lain. (Kalimat ini adalah bagian rangkaian tulisan ini ya Nak, tidak berdiri sendiri, nanti jadi beda arti.)
People should train their minds so that they would not disturbed by whatever kinds of words they might hear, whatever kinds of acts they might see. They should train their minds and keep them broad as the earth, unlimited as the sky, deep as a big river and soft as a well-tanned leather.
Peluk,
Ayah