Aku tersungkur. Kulit kedua lututku terpapas, darah segar mengalir dari yang kanan. Siku tangan kiri juga sedikit terpapas. Kedua telapak tangan yang menahan tubuh hanya memerah, nyeri.

Mungkin ini lelarianku yang paling banyak menyita waktu, waktu untuk mengambil gambar dari HPku, lebih dari duapuluh jepretan. Terlalu cantik dan terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja, oleh kamera dan oleh mata yang dimanja hampir sepanjang rute. Akibatnya, ya tadi, tersungkur di jalan bebatuan sedikit berundak di hamparan puncak.

Di selasela liburan, selalu menarik, dan menantang, mencari lomba lari yang available, menyesuaikan dengan jadwal. Dan hampir selalu bisa ditemukan, kalau dicari dan niat. Pun kalau harus berjuang menembus dingin pagi, berjalan limabelas menit di kota kecil York yang masih sepi melompong, mengarah ke stasiun. Kereta hanya terisi tidak lebih dari lima orang di gerbongku, perjalanan duapuluhlima menit, untuk transit di Leeds, dan selanjutnya berpindah kereta ke Keighley, sekitar tigapuluh menit. Tiba dan kembali berjalan kaki sepuluh menit, ke Victoria Park, tempat arena lari, start dan finish.

Aku menyukai lomba-lomba lari di kota-kota kecil – “race kampung” istilahku – yang kadang ditangani langsung oleh komunitas kecil atau bahkan oleh si pemilik ide dan keluarganya. Kadang bisa pula mendaftar on the spot (What a simple life!), ndak perlu lotrelotrean, ndak perlu pantengin bersaing-dini-sebelum-lomba pada hari dan jam pendaftaran teng dibuka, ndak perlu otak kesayangan ini berbulanbulan sebelumnya dah direpotkan ini itu (42K tetep aja 42K toh…). Persis yang ini, The Baht’at Trail Marathon. Jo dan istrinya dan anak-anak perempuannya yang masih kecil, sibuk melayani pendaftaran ulang dan penerimaan dropbag. Tentu saja ada juga teman tetangga komunitasnya yang membantu di sana dan sepanjang jalur. Dengan peserta tidak lebih dari 100, untuk jarak full dan half, terasa sekali keakraban dan canda sanasini.

“Tapi saya sudah mendaftar half di website, Rabu kemarin…”, ketika BIB bertuliskan marathon disodorkan kepadaku.

“It’s ok. Ini rute looping, satu loop berjarak half. Kalau nanti setelah satu loop tidak lanjut juga no problem. Dan medali tetap diberikan kok,” istri Jo yang mungil tersenyum.

“Beklah…”

Dari awal aku sudah kesengsem dengan gambargambar di websitenya. Setelah start melalui jalan raya yang lengang, memasuki kawasan perumahan tenang yang menanjak dan menanjak, mulailah tampak hamparan dataran luas sepanjang mata memandang (Ini nih!). Kontur aspal yang naik turun, selain meletihkan kaki dan jantung, juga menyajikan pemandangan alam luar biasa. Saatnya mengambil gambar. Lagi dan lagi. Dan terus berlanjut.

Yorkshire

Menyelesaikan jalan aspal mulus Ilkley Road yang menanjak, berbelok ke kiri, jalanan batu kerikil. Keighley Road, turun dan turun. Alamat buruk, karena setelah ini pasti akan naik dan naik lagi, ohh. Tapi nikmatilah, nanti ya nanti, sekarang ya sekarang. Kenapa sih kamu suka ribet? Ok deh, mari meluncur (Thanks to the dengkuls!), memangkas waktu, walaupun bulebule itu berlari turun bagai kesetanan (Byebye podium, eh!).

Jalan melingkar dan kemudian mulai menanjak lagi (Bener khan?!). Batubatu besar sedang dan kecil Rocky Valley, the most technical of the trails, sedikit mengingatkanku dengan jalur Gunung Gede, minus pepohonan dan akar batangnya. Pemandangan? Jangan ditanya, bedeugh beuuhhh…

Menyelesaikan pendakian Rocky Valley, on the top, terhampar par par Millenium Way. Pemandangan lepas ke bawah, entah kota atau desa apa di bawah sana. Batubatu kotak tersusun membentuk jalur berjalan dan berlari, dikelilingi tanaman pakis rendah, rumput liar, dan genangan air. Sejauh mata memandang. Ya, sejauh mata memandang. Angin dingin berhembus kencang, menghasilkan suara berdesir dari ilalang liar dan BIB kertas di dada yang berkibar-kibar. Argh, kembali mengingatkanku dengan Gunung Gede, alunalun Surya Kencana. Minus edelweis.

Sekali lagi memanjakan mata dan hati, kepala dan dada. Yang ada tersungkur, terjerembab. Untungnya tidak ada yang melihat, jadi tidak perlu bersusah payah menjelaskan, I’m ok, I’m fine.

Tetapi aku anaknya gampangan, sungguh!, percaya takhayul. Anggap saja diberikan peringatan, hm, pengingat deh tepatnya, oleh alam dan semesta, satu loop saja ya, Bro. Walaupun sungkuran tadi tidak efek ke tulang otot sendi, rasarasanya. Masih bisa terus berlari turun kok. (Walaupun seorang nenek -ya rasanya cukup nenek sih- melaju mendahuluiku, sambil berbisik “well done”. Padahal aku lebih suka “medium”, Grandma…)

Sebuah bonus terakhir, sedikit dibelokkan, berlari beberapa ratus meter sepanjang kanal yang menghubungkan Leeds dan Liverpool. Lengkap dengan sepasang insan dan sepasang angsa putih. Komplit sudah.

Anak perempuan Jo berlari menjemputku, membantu mengarahkanku ke tulisan jingga “Full”, untuk melanjutkan loop kedua. Jo menyusul menyambut kemudian. “I’m done, Jo!” dan bersama Jo berlari ke finish line. Half marathon. Cukup. Lebih dari cukup. Seperti kata temanku, you’re so blessed.

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.