Seorang teman masuk ke ruangku, setengah berteriak, nyaris histeris. Keponakannya terjerat hutang, ratusan juta rupiah, dari pinjaman-pinjaman mudah yang saat ini marak, dari puluhan sumber. Yang menurut pengakuan si anak muda penghutang, hanya dipakai untuk “pas mau makan iniitu, tarik pinjaman, pas mau beli iniitu, tarik pinjaman”.
Aku memeriksa kembali kotak pesan di HPku. Yang belum sempat kubaca detail ketika masuk, masih tersimpan pesan-pesan singkat nan lugas, beberapa “tawaran pinjaman berbasis online, pinjaman modal usaha, dari 2 juta rupiah hingga 500 juta rupiah, tanpa survey tanpa agunan, proses cepat langsung cair, bunga 2 persen”.
Teringat kembali awal minggu lalu, ketika seorang teman memintaku memeriksa sebuah akun online. Iklan gamblang penuh provokasi jungkir balik melecehkan hidup hemat, kpr, asuransi, nabung dan investasi (nilai-nilai yang ditanamkan susahpayah bertahun-tahun), untuk beralih ke segala hal berbentuk bau amis yang namanya konsumtif.
Dunia yang semakin mudah, dunia yang semakin memperdayai. Dunia yang semakin jahat.
NH
Kasian sekali ya kalau sudah terjerat pinjaman online seperti itu. Pastilah berbunga:( Lebih baik pakai uang sendiri kalau ada. Dan sebisa mungkin hindari hutang:(
LikeLike
Prinsip yang akan membuat hidup jauh lebih nyaman.
LikeLike