Mikiirrr… (*CakLontong, izin pinjem jarinya.)

Di tengah euforia meningkat tajamnya jumlah investor millennial (kaum mayoritas penguasa pasar modal saat ini) dan di tengah marak bullish-nya pasar saham, bulan lalu, seorang teman dengan suara bergetar menyampaikan kekhawatirannya, kalau-kalau para investor hijau -yang sedang menikmati honeymoon gurih- berpikir begitu gampang menghasilkan uang, seraya membebek pada si A si B si C yang doyan pamer ketenaran, “kepandaian”, dan “keuntungan”, lantas terbuai, mengabaikan risiko. Saya hanya sanggup mengangguk…

(Coba simak soal pilihan ganda berikut ini: Kalau si para MendadakEndorser itu bilang saham ini atau itu, pasti bakalan naik atau untung atau cuan atau ara (auto reject atas) atau apapun istilahnya, jawablah pertanyaan ini:
a. Apakah dia punya saham ini-itu dan sedang niat jualan cuci gudang dan butuh “bantuan” kita untuk beli?
b. Apakah dia bagian dari jaringan mafia pemompom?
c. Apakah dia lagi sepi job nyeleb, nyanyi kek, ngemsi kek, ngedagang kek, tapi tetep mau manfaatin ke-nyeleb-annya?
d. Apakah dia adalah malaikat yang sedang turun ke bumi?
e. Apakah dia cukup pintar, dan ngarti yang dia “rekomendasi”-kan dan berharap tingkat kepintaran kita selevel dengannya?
Ssttt… Dahlah, invest invest aja, diem-diem aja, dan tetep di habitat kamu aja ‘napa, iyaaah kamuuu…)


Seorang teman, juga bulan lalu, tengah bingung karena anaknya yang awalnya investor tiba-tiba tertarik dengan tawaran training belajar saham ala-ala gara-gara tergiur seliweran medsos “pasti untung gede dalam waktu singkat”. (Mungkin ananda melihat rumput halamannya kalah hijau.) Ibunda takut anaknya yang belasan tahun itu terbawa aliran negatif dan tertipu. Saya hanya pasrah -anak anak siapa uang uang siapa- dan hanya sanggup mengingatkan kembali, saham adalah blablabla, investasi adalah blablabla…


Masih bulan lalu, seorang ibu lain mengeluhkan sahamnya yang nyangkut rugi sejak beberapa tahun lalu, sementara training saham berbiaya belasan juta yang diikutinya dulu tidak banyak membantu. Dia lalu bercerita tentang anaknya yang baru saja kena phk dan berencana mau full time saja menggeluti saham, bermodalkan pesangon yang ada, plus sistem canggih -katanya- yang bisa dibeli. Hidup hanya dari bertransaksi saham. Sambil menahan napas panjang, saya hanya sanggup menyampaikan untuk sebaiknya tidak mengambil pilihan itu…


Mungkin setelah pesta pora ini berlalu, setelah pertunjukan banteng berakhir, setelah masa bulan madu selesai, mungkin pada saat itu akan banyak, sangat banyak, investor pemula, yang tadinya bermimpi kaya instan mendadak, yang berharap uang gampang di saham, yang berpikir saham adalah lemparan mata dadu, akan kecewa. Sangat kecewa. Dan kapok.

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.