Anakku,
“Find 3 hobbies you love. One to make you money, one to keep you in shape, and one to be creative.”
Di keseharianku sekarang, dunia media, di sebagian waktuku -di sela bertemu orang-orang via offline dan online, sembari tetap mengutak-atik angka-angka dan huruf-huruf, seraya menggali ide-ide dan eksekusinya, sambil menjajaki kolaborasi dengan pihak-pihak yang terbuka tangannya- aku nyaris tak lepas dari dunia digital. Pagi siang sore malam. Tentu saja, media online yang dituntut selalu melek, saat ini adalah salah satu pemeran utama panggung hidup. Terkadang aku menjadi peselancar maya, merambah dan bertualang sana sini mencari bahan baku untuk dicerna dan diolah menjadi berguna, di antaranya. Jagat yang begitu luas, aneka dimensi tanpa batas, apapun ada, apapun bisa, apapun tersedia. Banyak yang cukup sekilas saja ditengok, tetapi lebih banyak lagi yang kadang menarik -dan bermanfaat- untuk dicermati. Dan salah satunya aku menemukan tulisan di atas.
Anakku,
Sejujurnya, aku sontak senang dengan “perintah” itu, untuk mencari tiga hobby (hobi, dalam Bahasa) yang dicintai. Senang karena kok merasa telah berhasil menemukannya, dan itu tadi, mencintainya. (Cinta jauh lebih penting dari hanya sekadar mencari dan menemukan, kan?)
One to make you money. Kamu sudah bisa menebak. Ya, apa lagi kalau bukan hobi investasi, soal menghasilkan uang. Saham persisnya. Tidak yang lain. Ayahmu terlalu pengecut (waktu mungkin telah mengajarkan aku banyak pengalaman, juga kebijakan, Nak). Ya sih, portofolioku tidak serta merta menghasilkan banyak uang, butuh waktu, bertahun-tahun. (Dan aku masih sangat sabar untuk itu, walaupun satu dua waktu ingin juga rasanya menghempaskan itu semua. Aku pan manusia juga, Nak.) Naik turun juga, jauh dari sekaliber dibanding investor-investor handal terkenal. Tetapi cinta memang membutakan, katanya. Jadi aku percaya buta saja sama hobi yang satu ini, sambil menunggu kamu dewasa, sambil menunggu tubuhku semakin renta, sambil menunggu sedikit-sedikit dividen yang rajin ditransfer ke rekeningku setiap tahun. Menunggu juga bagian dari cinta, bukan?
One to keep you in shape. Kamu juga sudah bisa menebakku yang satu ini, easily. Lari. Tampaknya shape dalam hal ini bukan lagi hanya sekadar perut yang masih lumayan rata, dan tubuh sehat walafiat nyaris sepanjang umur. (Jangan-jangan sakit terparahku terakhir adalah masa kecil dulu, Nak, sebelum aku diangkat anak oleh seorang ibu pencuci pakaian di kampung, Almarhumah Emak Angkatku.) Shape di sini, rasanya untukku, jauh lebih luas, bukan melulu fisik. Otak (dan semoga hati) yang tetap menjaga kelempengannya, kewarasannya, kemurniannya, untuk selalu hidup wajar di jalan waktu yang terus berubah-ubah, dikelilingi domba dan rubah. Hobi yang mampu menjaga keutuhan “bentuk asli” otak dan hati, dengan bonus pengalaman dan petualangan lari di mana-mana, sembari menyuguhkan kepada indra dan rasa, segala keindahan yang disediakan semesta untuk kita.
One to be creative. Entah sejak kapan, semakin ke sini rasanya syaraf kreatif di kepalaku terus menerus bermunculan, silih berganti. Paling tidak itu yang kurasakan, Nak. Dari seorang akuntan, dunia angka-angka, merambah dunia ekstrovert yang identik dengan gaul-socialize, bicara di depan umum, menulis untuk publik; dari belakang meja, terlempar ke dunia keuangan yang dinamis, dan -tiba-tiba- terdampar di dunia media yang hiruk pikuk seolah tidak mengenal waktu. Dan aku mencintainya, seperti cerita tukang sapu jalanan yang mencintai pekerjaannya. Nak, satu hal tampak tricky di sini. Sebenar-benarnya, apapun “hobi” yang kita cintai -benar-benar cintai- maka kreativitas akan lahir dengan sendirinya. Cinta dan kreativitas adalah koin bersisi dua, tak terpisahkan. Kalau ingin kreatif, cintailah yang kita lakukan, dan kalau tidak kunjung kreatif, jangan-jangan kita tidak sungguh mencintainya.
Anakku,
Carilah ketiga hobimu. To make you money, to keep you in shape, to be creative. Dan cintai. What’s next? Mungkin beberapa saat setelah ini, ketika aku mulai merambah kembali dunia maya, atau juga terus bertualang di dunia nyata, kita akan membahasnya, what’s next, what else?
Salam cinta,
Ayah
PS: Nak, usahakan ketiga hobimu itu, satu sama lain, tidak saling menghalangi.
NH