Perjalanan mencari keindahan tidak pernah mudah…

Sijunjung, kabupaten di provinsi Sumatera Barat, harus ditempuh sekitar empat jam darat ke arah timur laut, setelah mendarat di Minangkabau International Airport. Melalui jalan lintas Sumatera yang mengarah ke Jambi, yang ramai dengan truk, bis dan kendaraan pribadi, yang berkelok-kelok tajam naik turun khas tanah Minang, dan yang pada beberapa lintasannya “sudah biasa kalau ada truk yang terperosok ke parit jalan”. Hanya saja GeoParkRun selalu menyodorkan “efek it’s now or never”. Serial 2022, hari Minggu besok tanggal 4 Desember, Minang GeoParkRun di Sijunjung -setelah tahun-tahun sebelumnya yang juga diselenggarakan di beberapa site geopark lainnya di Sumatera Barat- bakal menawarkan keindahan lainnya, sebuah nama yang asing, GeoPark Silokek. Jadi apalah artinya sebuah perjalanan panjang.

Perut toh sudah aman, setelah tadi mendarat langsung diganjal soto padang, dua mangkuk pulak. Bercengkerama sepanjang jalan, berteman buah markisa, kwaci, dan jajanan lapek bugih, cocok dengan iringan lagu-lagu jadoel. Pikiran sesekali masih terbayang kekalahan Brazil dari Kamerun subuh tadi, dan terutama pada sosok Vincent Aboubakar yang merelakan dirinya dikartumerah (kartu kuning kedua) usai selebrasi buka kaosnya saat merayakan gol tunggal pertandingan itu di injury-time. Sekalipun negaranya tetap tersisih, namun a small win is a win yang patut dirayakan, -Surely, I will do the same, Vinc-, who cares. So how do you celebrate your small goal, your small win?

Eh, sampai di mana kita tadi? Oh, kita sudah sampai di Sijunjung rupanya. Langsung menuju lokasi rpc (race pack collection), di perkampungan adat. Rumah-rumah gadang tradisional suku Piliang berjejer berderet berhadap-hadapan, bakal menjadi tempat istirahat kami malam nanti. Para pelari dibagi per kelompok, sekitar 5 orang per rumah, dengan alas tidur di lantai kayu terhampar karpet dan kasur tipis. Dan kamar mandi berupa bilik kecil di belakang rumah, yang aliran airnya -di rumah kami- ternyata tidak berfungsi. Jadilah harus irit-irit untuk berbasuh, gosok gigi, dan buang air.

Makan siang yang tadi sempat terlewatkan harus digantikan, saatnya mencari makan, carbo-loading, sore. Pilihan warung sederhana pinggir jalan raya lintas yang berdebu, menu ikan salai -lele asap dengan sambal khas rumahan- dan dendeng baladonya ternyata tidak salah. Sebuah “jackpot”, enak bener, lamak bana! Saking nikmatnya, kalap nambah-nambah, hingga malamnya, jamuan “gala dinner” Pak Bupati tidak lagi mampu dioptimalkan. Padahal ada ikan sambal merah dan -ehem- semur jengkol yang tersaji nantangin. Perut, dan hati, ada kapasitasnya, jadi gak usah dipaksain juga.

Kembali ke rumah gadang, istirahat, rebah, memenjamkan mata, tidur, di antara bunyi putaran kipas angin gantung dan nyanyian serangga malam. Dan suara di balik dinding kayu, persis di samping telinga, yang terus mengusik, sepanjang malam…


“Lima kilometer terakhir akan menyajikan pemandangan paling indah”, itu bocoran panitia. Artinya, untuk mencapai keindahan itu, finish di GeoPark Silokek, terlebih dahulu sebelumnya harus menempuh lari lima puluh empat kilometer, untuk menggenapi total jarak 59K. Sounds weird, berat kali hidup ini.

Bonus hanya pada tiga kilometer pertama saja, jalanan datar kota Sijunjung, sejak bendera flag-off dikibarkan Pak Bupati, pukul 06:43, di alun-alun seberang kantor beliau. Selanjutnya langsung ketemu jalanan mulus lengang lurus sepanjang 6K, namun naik turun, naik turun, naik turun. Sejauh mata memandang tampak tanjakan di depan, dan yang di depannya, dan yang di depannya. Indah di mata sih, tapi berat di kaki dan jantung.

Hingga ketemu jalan utama, lintas Sumatera, berbelok ke kanan, menyusuri 5K melandai yang tidak terlalu ramai, sebelum berbelok ke kanan, kembali ke pemukiman, ke keindahan pedesaan. Dan langsung dihadapkan dengan tanjakan setinggi gedung bertingkat. Masih indah? Yang pasti, masih naik turun. Terus rolling hingga KM32, check point tempat para pelari relay 2 berganti pemain. Beruntung cuaca cerah, matahari bersahabat di balik awan, water station aman dengan air mineral, teh pucuk, kopi kemasan, hydro-coco, pisang buah, potongan semangka, dan spons dingin.

Anak-anak di tengah hari masih setia berbaris di pinggir aspal melambaikan bendera merah putih, memberikan tangannya, toosss! Pengendara motor berlalu dengan salam semangatnya, sementara pengendara mobil memberikan jempolnya. Dua gadis cilik, malu dan ragu, berdiri memegang air mineral gelas, menyodorkan kepada para pelari yang melintas. (Mana mungkin dan mana boleh ditolak, sekalipun di vest-lari masih tersimpan cadangan minuman.) Sepasang bapak dan ibu yang ramah, di depan warungnya menggelar air-air mineral gelas, lengkap dengan seember air untuk menyiram kepala panas pelari. (Sekali lagi, mana mungkin dan mana boleh ditolak.) Tidakkah indah?

Hanya saja, rute tetap saja tidak ramah, tidak mudah. Gelombang naik turunnya seolah belum akan segera berakhir, sementara otot-otot kaki sudah mulai mengencang dah menarik-narik. Sebuah “tanjakan gedung bertingkat” masih sempat menghadang di depan mata. Mau apa lagi, ya harus didaki. Dengan tubuh terbungkuk-bungkuk, dan tangan mengelus-ngelus paha, “Ha, yang sabar ya…” Hingga akhirnya -akhirnya!- tampak juga gerbang itu, “Welcome to GeoPark Silokek”. Mata langsung blingbling siap menagih janji panitia.

GeoPark Silokek -Geopark Nasional yang tengah berupaya menjadi UNESCO Global GeoPark- nyatanya memang rancak bana, indah mempesona. Tebing-tebing bebatuan purba berusia ratusan juta tahun berdiri megah menjulang tinggi hingga tujuh puluh meter, mengapit lembah yang sejuk, dengan hiasan sungai Batang Kuantan di antaranya, yang entah telah berapa lama setia menemani gugusan tebing karst itu. Jalanan meliuk-liuk, cenderung rata, mengikuti lekuk sungai yang air berwarna cokelatnya mengalir deras.

Saatnya menikmati keindahan, membayar mata dan rasa, membayangkan Rivendell di The Lord of the Rings dan peri-perinya yang menetap, saatnya merangkul kelegaan, sebuah perjalanan akan segera berakhir, saatnya menghitung mundur, 5K 4K 3K 2K 1K, dan bentangan pita berwarna telah siap menyambut. Finish!

Perjalanan mencari keindahan adalah keindahan itu sendiri.

NH

📸: by MGR & NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

2 replies on “MINANG GEOPARKRUN 2022- SILOKEK, SIJUNJUNG

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.