SURAT UNTUK ANAKKU (23)

Ayah salah karena berpikir bahwa isu ODGJ -dalam foto dan tulisan- akan menarik orang-orang untuk mengetahui lebih jauh. Nyatanya, Ayah naif. Apa kepentingannya orang-orang dengan isu itu? Apa perlunya orang-orang menengok buku “mewah” yang dicetak susah payah itu? (Lain ceritanya dengan SupirOnLine -yang nyambi di antara shift kerjanya di restoran fast food- yang minggu lalu mengantarkan Ayah, ketika mendengar kata ODGJ di percakapan Ayah di HP, dia lantas bercerita tentang abangnya yang juga “sakit”, dua kali sempat masuk RSJ Grogol, rutin merawat -diselingi paksaan dan rayuan- agar Abangnya mau minum obat, di tengah penyakitnya yang tak kunjung sembuh.)

Read More

GILA

Kalau kamu mengatakan aku gila, aku tak peduli, toh aku gila
(“Padahal kita sama-sama manusia, from flesh and blood, bernyawa dan berjiwa, hanya saja pada dimensi yang berbeda.”)

Kalau kamu marah karena aku gila, aku tak peduli, toh aku gila
(“Marahmu hanya untuk menutupi sejuta rasa bersalahmu, karena kamu dan duniamulah yang menyebabkanku gila.”)

Kalau kamu menjauhi aku karena gila, aku tak peduli, toh aku gila
(“Ada atau tiadanya kamu tak berbeda untuku, dan kalau buatmu juga begitu, lantas apa bedanya kita?”)

Kalau kamu malu karena aku gila, aku tak peduli, toh aku gila
(“Malu adalah bentuk kesombongan primitif manusiawimu, dan memasungku adalah persembunyian terkeji kelemahanmu.”)

Kalau kamu mengabaikan aku karena gila, aku tak peduli, toh aku gila
(“Tetapi bukannya kamu jauh lebih gila, karena telah mengabaikan aku, orang gila?”)

Read More