Mungkin setiap distance runner selalu mencoba mencari jawaban sejak awal langkahnya, lalu lupa dengan jawabannya di akhir larinya. Dan mereka terus mengulangi hal yang sama.
Ketika kamu bertanya apa yang aku pikirkan selama berlari jauh kemarin, aku terdiam, berpikir, dan tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana itu.
Entahlah.
Aku hanya mengikuti setiap ayunan langkah dan setiap tarikan otot. Mendengarkan satudua tarikan napas dan hembusannya kembali. Aku merasakan terik panas matahari dan guyuran sejuk hujan. Menyimak debur ombak pesisir dan hembusan angin laut. Aku menyatu pada awal pagi menyingsing dan senja indah tenggelam. Memandang aspal yang menguap dan garis-garis putih di atasnya. Aku menatap jalan lurus tak berujung dan jalan meliuk berkelok-kelok. Mencermati ujung-ujung sepatu dan mobil motor yang melaju. Aku menjalani tanjakan yang melelahkan dan turunan yang menerbangkan. Mencari pohon-pohon yang rindang dan bayang yang diciptakannya. Aku melewati siang terang benderang dan gelap gulita malam. Menemani luka-luka di telapak kaki dan suara di kepala untuk berhenti. Aku mencintai rumput hijau yang bergoyang dan daun kering yang berserakan. Melihat lembu yang berjalan pelan dan yang berdiri bimbang. Aku menjawab keheranan warga dan senyuman ramah mereka. Membalas teriakan semangat dan setiap lambaian tangan. Aku menghirup sodoran minuman dan kasih tangan-tangan yang terulur. Meresapi kunyahan buah manis dan guyuran dingin air es. Aku mensyukuri lari bersama-sama dan lari seorang diri. Menikmati tenggelam dalam percakapan dan juga dalam kesunyian.
Aku ada dalam kebisuan menenangkan dan teriakan melepaskan. Aku menjadi bagian dari setiap tetes keringat dan air mata yang tumpah. Aku mengecup tatapan mata bahagia dan memeluk erat dekapan surga.
Lihatlah, aku telah tiba di akhir lari, dan aku masih tetap belum mampu menjawabmu.
Maafkan aku.
NH