(Lebih nikmat dibaca sambil membayangkan soundtrack film Mission Impossible dan wajah Ethan Hunt.)

Di samping target satunya yang tak kalah empuk, institusi – terutama dana pensiun – dengan oknum-oknumnya yang kemaruk serakah, investor ritel adalah target paling empuk, target abadi sepanjang masa. Kenapa? Karena kemaruknya sama, plus jiwa gamblernya, dan sebagian lainnya “hijau”, karena malas baca dan belajar. Targetnya siapa? Mereka-mereka yang memanfaatkan pasar saham untuk mengeruk keuntungan dengan cara illegal. Bahasa terangnya, para bandar dengan saham gorengannya.


(Dari http://www.kamusbesar.com, dengan sumber kbbi3, disebut bandar adalah pemain yang menjadi lawan pemain-pemain lain sekaligus, orang yang menyelenggarakan perjudian, orang yang mengendalikan suatu aksi (gerakan) dengan sembunyi-sembunyi, orang yang membiayai suatu gerakan yang kurang baik, orang yang bermodal dalam perdagangan dan sebagainya.)

(Sayangnya ketika saya mencari definisi gorengan, yang muncul adalah gambar-gambar pisang goreng, ubi goreng, dan bala-bala. Ada berbagai versi kenapa ada istilah saham yang disebut gorengan, dan saya merasa asal usul yang paling pas adalah karena saat digoreng (dimainkan) menebar harum wangi ilusi kemana-mana serta mengundang nafsu primitif seseorang, instantly kaya.)

Sebenarnya saya enggan membahas kedua kata itu. Tak dipungkiri subyek dan obyek itu tentu ada, exist, hanya saja saya malas berurusan dengannya. Malas membahas hal-hal horror seperti itu, lebih suka membicarakan hal-hal yang indah-indah. (Tapi gak papa deh, akhir cerita indah kadang harus melalui perjalanan horror.)


Kalau infonya saat ini jumlah investor saham di BEI sudah tembus angka satu juta, katakan setengahnya adalah para penggemar gorengan; dan kalau masing-masing punya modal satu juta rupiah saja, artinya ada 500 milyar rupiah yang menjadi sasaran empuk. Kalau masing-masing bermodal dua juta rupiah berarti sudah satu trilyun rupiah. Menggiurkan. Membuat penjual gorengan semakin beringas. (BangBandar, saya tidak memberi anda ide bukan? Anda sudah kalkulasikan sebelumnya bukan?)

“It takes two to tango.”

Hari-hari ini ketika berita mengenai saham-saham gorengan yang rontok berguguran ke harga gocap, saham-saham antah berantah yang kena suspensi, terancam delisting atau telah didelisting, saham-saham yang baru melantai namun bergerak liar irrasional memanggil-manggil kita untuk ikut menarikan tango-nya, seharusnya kita dapat memetik banyak pelajaran. Plus, kasus MI (manajer investasi, bukan mission impossible) yang menjejalkan saham-saham tak jelas ke produk reksadananya, hasil konversi uang modal jerih payah kerja keras kita. (Note: ada pilihan reksadana yang mencegah manajer investasi ngasal, namanya reksadana indeks, dan sudah banyak pilihan di kita, monggo.)

Percayalah, kita tidak bisa kaya mendadak dari dunia saham. “Change your thoughts, and you change your world”. Masih berharap seperti itu? Sebaiknya tutup saja rekening saham kita. Sungguh. Akutu-ndak-mau-kamu-dimangsa. (Kecuali kita adalah bandar atau bagian darinya. Tertarik? Baca kembali definisi bandar di atas.) Atau berpikir sekadar mendapat uang jajan gorengan dari saham gorengan? Trading for living dari saham gorengan? Sesaat menang sekali duakali, merasa mampu menguasai, “berkuasa”.

(Intermezzo: Kalau kita, manusia, merasa paling berkuasa di bumi ini, pernah tidak terpikir sebenarnya bahwa kita ini sedang “diternak” oleh dunia tumbuhan melalui supply oksigennya, untuk “dimakan dan dicerna” satu saat nanti?)

Percayalah, lagi, kalau mencari uang gorengan semudah itu, tengoklah abang-abang ojol yang berjibaku terik hujan di jalan raya saban hari demi ongkos antar yang hanya Rp 7.000 atau Rp 12.000. Semesta kan tidak mungkin tidak fair begitu, bukan?

Akhirnya begini. (Baca lagi: Bandar dan Hantu). Bandar dan gorengannya selalu akan ada, bagaimanapun aturan ketat mencegahnya. Biarkan saja bertepuk sebelah tangan, nari-nari sendiri. Tidak perlu diladeni, tidak usah terpancing dengan provokasinya dimanapun (berita, rekomendasi, sosmed, wag, komunitas, manteman), autoskip atau autodelete saja semua yang berbau gorengan. Investasi saja di saham perusahaan yang beneran. Gak kalah banyak kok sama yang gorengan. Yang beneran yang mana? You know lah. Sehat, tenang, panjang umur. Plus ogah-miskuin, bila saatnya tiba.

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

2 replies on “TARGET: INVESTOR RITEL (KATEGORI: EMPUK)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.