Saya menulis di saat sedih dan saya menulis di saat senang.


“Kayanya bsk mau Gua jual Aja semua saham
Takut tambah turun lg tar”

Saya tertegun membaca pesan itu, sedih. Bukan karena teman saya itu akan “cut-loss”, justru sebaliknya, portofolionya sedang untung-untungnya. Baru beberapa bulan lalu dia membuka rekening -bagus nasibnya, hadir di saat mendukung- dan mulai belanja saham. Saya berpikir selama ini dia mantap dengan ke-investor-annya, “seorang long-term-er”, nyatanya saya salah, dan gagal (menambah deret kesalahan dan kegagalan dalam hidup saya, eh). Saya membaca kembali “(Bukan) Sekadar Pilihan”, menyimak kembali Professor Dumbledore, “We must all make the choice between what is right and what is easy”. Saya menjadi mahfum. Mau gimana lagi. Paling-paling besok-besok kalau-kalau contact-contact lagi-lagi tanya-tanya soal-soal saham-saham, saya mau ganti topik lain saja, soal suntik kolagen awet muda itu. Oh ya, dia seorang dokter kecantikan. (Izin tanya, ada yang punya referensi dokter kegantengan?)


“188% per hari ini”

Saya kagum membaca barisan angka kata itu, senang. Walaupun di balik cerita keuntungan (masih potensi, belum dijual) portofolio saham blue chips hampir tigakalilipat itu, ada perjalanan waktu tiga tahunan, ada periode naik-turun-naik. Plus dua kali si empunya account lupa password. But wait, masih ingat survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan raksasa di Amerika Serikat, yang hasilnya menunjukkan bahwa investor-investor yang paling tinggi raihan keuntungannya justru adalah investor-investor yang lupa kalau mereka punya rekening di perusahaan tersebut? Atau mungkin lupa password account-nya, seperti kasus teman saya tadi, si ibu rumah tangga. Argh, andai ibu dokter “sepelupa” ibu rumah tangga. Professor sangat sangat benar, pilihan “meninggalkan” seluruh portofolio sambil mengantungi buah hasilnya adalah pilihan yang teramat mudah, namun apakah itu adalah pilihan yang benar?


Pada akhirnya, pilihan memang selalu kembali ke kita, entah mau sedih atau mau senang.

(Ah ya, saya dapat tambahan cerita senang lainnya, seorang mantan pekerja migran di Korea yang sekarang jadi peternak ayam petelur di kampungnya, masih menyimpan sahamnya yang sudah naik 150% lebih. Kok bisa? “Uang dingin, Pak.” Cakeup ih. Selain itu, pastinya si Mas Tugino, manusia super. Super Investor!)

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

4 replies on “SAYA PILIH MENULIS

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.