Pada akhirnya, Runventure bukan melulu soal petualangan merambah dari satu daerah baru ke daerah baru berikutnya. Bukan melulu hanya soal lari, dan keringat lelah yang selalu menyertainya. Bukan melulu soal bersiap di pagi buta lalu menyusur jalan-jalan sepi tanpa warga. Bukan melulu soal langit-awan-gunung-sawah-ladang-kampung-jembatan-waduk-rumput-hutanbambu, ataupun anak-anak sekolah, ibu penjemur padi, bapak pembajak sawah. Bukan melulu soal kendaraan lalu lalang, melambat ataupun kebut tanpa peduli. Bukan melulu soal matahari yang terik membakar dan aspal yang memanggang kaki. Bukan melulu soal guyuran air dingin di rongga tenggorokan dan di kepala yang mendidih. Bukan melulu soal keindahan alam dalam tangkapan mata lantas diterjemahkan ke bentuk rasa. Juga bukan melulu soal kecintaan kepada lari itu sendiri.
“I don’t run to add days to my life, I run to add life to my days.” ~ Ronald Rook
Pada akhirnya, Runventure adalah cerita lari tentang alam semesta yang jarang-jarang memberi kesempatan kedua mempertemukan teman-teman lama dan baru di mana-mana. Adalah cerita lari tiada putus di sudut warung kopi bercengkerama ditemani setangkup roti panggang srikaya. Adalah cerita lari yang ditulis di catatan yang akan dinikmati ketika tidak lagi mampu suatu hari. Adalah cerita lari untuk dikisahkan ke anak cucu menggantikan suara jangkrik yang tak lagi berbunyi. Adalah cerita lari yang menjadi lembaran-lembaran baru dalam perjalanan waktu sekian tahun yang tidak pernah dialami sebelumnya. Adalah cerita lari yang dituturkan kembali pada tiap-tiap kilometernya, dalam keceriaan-kepuasan-kebanggaan, keesokan harinya, dan hari-hari nanti sepanjang sisa usia. Juga adalah cerita lari tentang kecintaan diri dan penghargaan sendiri untuk sendiri.







Makassar-Maros, 10 April 2021
Foto: @melanie.rohi dan JukuEja
NH