New normal menjadi istilah baru yang sering terbaca dan terdengar saat ini, mengacu ke gaya dan tata cara kehidupan baru selama virus covid-19 masih mewabah, pun nantinya pasca-pandemi. Kebiasaan-kebiasaan baru, seperti keharusan menjaga jarak dan pembatasan kumpulan orang, work from home yang akan menjadi model kerja dan bisnis ke depan, transaksi-pertemuan-meeting-event yang bakal dilaksanakan secara virtual, hanyalah menyebut beberapa contoh saja. Yang dampaknya tidak hanya ke kehidupan sehari-hari, namun juga membelokkan arah bisnis dan perekonomian di masa mendatang.
Menjadi pertanyaan, bagaimana dampak new normal dalam dunia investasi, khususnya pasar modal. Dapat kita telaah lebih jauh dari dua sudut; dampak terhadap perusahaan-perusahaan yang selama ini menjadi target investasi kita, baik saham maupun surat hutangnya, serta dampak perubahan terhadap pola transaksi berinvestasi kita.
Kita menyadari tak ada satupun industri yang tak terdampak pandemi, baik dalam konteks positif maupun negatif. Beberapa industri dan perusahaan menikmati dan memanfaatkan peluang bisnis tambahan selama masa krisis ini, seperti perusahaan telekomunikasi, penyedia kebutuhan konsumsi, dan industri farmasi. Di sisi lain, beberapa industri terpukul hebat dan mengalami kemerosotan mendekati titik nol, seperti industri pariwisata, dunia hiburan, dan perusahaan-perusahaan transportasi. Bisnis berkapitalisasi besar macam industri keuangan (perbankan, asuransi, pembiayaan, dan investasi) walaupun tidak terdampak langsung namun tidak kalah repotnya dalam menghadapi dan mengantisipasi. Melonjaknya tingkat pengangguran, menurunnya daya beli, meningkatnya risiko kredit macet adalah hal-hal yang tak kalah menghantui.
Seperti halnya kalimat paling terkenal dalam teori evolusi, bukan yang terkuat dan terbesarlah yang akan bertahan hidup, namun yang mampu beradaptasilah yang akan survive. Menjadi menarik untuk kita, selaku investor, mengamati dan mencermati perusahaan-perusahaan mana saja di lingkungan pasar modal serta yang saham dan obligasinya tercatat di bursa efek, mampu bertahan di tengah badai krisis serta “berevolusi” berbarengan dengan new normal. Perusahaan yang mampu menyesuaikan diri, bahkan melihat peluang efisiensi plus efektivitas dari new normal akan menjadi pemenang di masa yang akan datang.
Sedangkan secara pola investasi, dalam pengertian menjalankan transaksi investasi kita, tampaknya tidak akan banyak perubahan besar. Pasar modal dan bursa efek telah melaju lebih dahulu dalam hal penerapan tekhnologi. Diterapkan sejak awal 2000, tidak lagi ada sertifikat fisik atas saham, obligasi, dan reksadana yang kita beli, semuanya sudah dalam bentuk non warkat, dimana harta paper-assets kita yang scripless dapat dipantau setiap saat secara online melalui perusahaan efek dan manajer investasi kita, plus melalui Kustodian Sentral Efek Indonesia, tempat instrumen-instrumen itu disimpan.
Transaksi jual beli telah dilakukan secara online, melalui internet trading juga di awal abad ini, atau mobile trading melalui hand phone, sejak sekitar satu dekade terakhir. Praktis dan cepat, langsung berinteraksi dengan gadget dan mesin tanpa perlu lagi berhubungan dengan broker ataupun account executive seperti masa dahulu. Termasuk juga sejak awal pembukaan rekening saham maupun reksadana kita, cukup mengandalkan jari tanpa perlu bertemu dan tatap muka secara fisik.
Saat ini, sebagai pemilik saham, juga telah dimungkinkan -dan berhasil diterapkan beberapa bulan ini- untuk menghadiri rapat umum pemegang saham (rups) secara virtual, yang artinya hak investor sebagai pemilik perusahaan tetap dapat terpenuhi, layaknya sebelum krisis ini terjadi. Selama tiga bulan terakhir, training dan talk show mengenai investasi produk-produk pasar modal berlangsung meriah melalui dunia digital dan sosial media. Sekolah pasar modal yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia juga dilakukan secara online, secara berkala, menggantikan “sekolah fisik” sebelumnya. Training, talk show, sekolah virtual akan menjadi new normal yang mengeliminir keterbatasan jarak, waktu, tenaga, dan dana.
Menjadi pertanyaan untuk kita, khususnya yang belum menjadi investor, dengan begitu terbuka dan mudahnya mengakses dan belajar investasi tanpa meninggalkan rumah atau kantor, sederhananya membuka rekening saham dan reksadana, serta praktisnya melakukan transaksi setiap saat, tidakkah krisis ini sebenarnya menjadi sebuah berkah kecil dan kesempatan besar sebagai awal untuk menata masa depan kita?
NH
Men’s Obsession June 2020 Edition