“Kita bisa buta terhadap hal-hal yang sangat jelas, dan kita bisa buta terhadap kebutaan kita.” ~ Daniel Kahneman

Menurut Wikipedia, untuk kelompok demografi milenial, yang juga dikenal sebagai Generasi-Y, para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Berarti umur milenial saat ini di kisaran 20 hingga 40 tahun, kelompok usia investor terbesar yang “menguasai” pasar modal, dunia saham dan reksadana kita. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia, sekitar duapertiga jumlah investor Indonesia adalah kaum milenial, di antara total lebih dari 2,5 juta jumlah investor yang tercatat.


Peraih hadiah Nobel, Daniel Kahneman, dalam bukunya “Thinking, Fast and Slow”, membagi pemikiran manusia menjadi sistem 1 “berpikir cepat” dan sistem 2 “berpikir lambat”. Sistem 1 bersifat intuisi, kita terlahir dalam keadaan siap – mengenali benda, takut laba-laba, dan menghindari kerugian. Sedangkan sistem 2 adalah operasi sengaja yang membutuhkan perhatian – berjalan lebih cepat dari biasa, menjaga kelakuan dalam situasi sosial, mengisi surat laporan pajak.

Generasi-X, generasi sebelum milenial, miskin dengan informasi yang benar dan memadai mengenai pemahaman investasi di pasar modal. Karena akses informasi tidak semudah sekarang, di “masa mereka” samar-samar yang selalu terdengar hanyalah saham yang mahal, ruwet, dan -terutama- merugikan. Akibatnya, ketika mendengar kata saham, secara intuisi, bahkan tanpa perlu perintah otak sekalipun, generasi ini akan menghindar. Sistem 1 hanya sedikit memahami logika serta tidak bisa dimatikan, dan celakanya sistem 2 sifatnya pemalas. Pemeran utama yang tidak didukung oleh pemeran pembantu. Ambyar. Generasi-X hidup di masa “ketakutan” seperti itu, dan terus berlanjut hingga kini. Jangan heran kalau akhirnya “Generasi gue” -plus minus sepuluh tahun- tidak banyak merespon yang namanya saham, ataupun kalau merespon, sifatnya malah negatif.

Generasi-Y, dalam sepuluh dan lima tahun terakhir, terpapar ingar-bingar berita dan cerita mengenai investasi saham dan reksadana. Berita baik dan positif sangat berpengaruh terhadap pemahaman awal yang kosong dari seseorang, membentuk intuisinya. Beruntung, di antara beberapa berita dan pengajar yang kerap bercerita tentang kelamnya dunia saham, lebih banyak berita yang sifatnya positif dan membangun. Kaum milenial yang mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai investasi menjadi sangat terbuka karenanya. Pemeran utama yang terus menerus memberikan saran kepada pemeran pembantu, untuk senantiasa memperhatikan hingga akhirnya mengambil alih. Milenial yang bahkan tidak hanya mengerti dan menikmatinya sendiri, tetapi turut menebarkan benih positif ke komunitasnya. (Menyenangkan membaca koreksi dan protes dari kaum milenial di beberapa tulisan media sosial kepada rekannya yang masih saja memakai istilah “main saham”.)

Teruslah menyebarkan kabar baik. Tidak hanya soal investasi. Apapun itu.

NH

Investor Daily, 30 Juni 2020

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.