SURAT UNTUK ANAKKU (22)

Awal bulan ini seorang pemuda tunet pemijat berbagi cerita denganku. Baginya, hidup hanya ada gelap dan terang, siang dan malam. Ya, hanya itu, Nak. Namun hidup tidak terpaku di dua sisi itu. Di balik gelap dan terang itu, dia punya banyak cerita. Tentang rambutnya yang dibiarkan gondrong terikat rapih dan tentang otot-otot kekar kaku yang disentuhnya. Tentang tempat tinggal sekaligus tempat prakteknya yang melompong dari perabot-perabot, yang berguncang setiap kali bus dan truk besar melintas kencang, di Jalur Pantura, di Kota Kendal, Jawa Tengah. Juga cerita tentang kampung halamannya, rindangnya pohon, kicauan burung, sejuknya angin perbukitan yang tiupannya menggoyang pelan jembatan gantung yang sering dilaluinya.

Read More

AAHH, EMANG DASARNYA ELO ORANG DOYAN AJA

*beneran dari kisah nyata, februari 2022

(“Di dunia ini, atau di Indonesia tercinta kita ini, lebih banyak manakah, orang yang serakah ataukah orang yang lugu?” ~ Bodong, Maret 2018)

penasaran:
“Darimana elo kenal “investasi” model gitu?”
Bokap gue. Bokap gue dikenalin sama tante gue dong.

kaget:
“Ajegile!”
Tapi bokap gue dah ingetin kok, “Tau kan investasi model gini, jadi jangan lama-lama naroh duitnya.”

takjub:
“Hebat kali bokap elo. Terus?”
Ya boncoslah, duit gue dibawa kabur semua.

sarkas:
“Sama bokap elo?”
Yeay, bukaannn, sama tuh bajingan-bajinganlah. Jadi itu beneran money game, skema ponzi, bodong, judi gitu ya?

dongkol:
“Lha, bokap elo aja di awal dah wanti-wanti sendiri gitu.”
Gara-gara keburu ditutup pemerintah juga sih. Mestinya kan jangan ditutup dulu, tunggu pada cair dulu duitnya.

sengit:
“Gundul elo! Itu pan penipuan. At the very first time ya harus ditutup.”
Hmm…

kalem:
“Makanya…”
Stop, paham, gue dah dapat pelajaran. Lain kali gak bakalan serakah lagi.

lega:
“Syukur deh.”
Naruh duitnya bakal gue pendekin waktunya.

Gubrak! *bodoamatdah

Di dunia ini, atau di Indonesia tercinta kita ini, lebih banyak manakah, orang yang lugu ataukah orang yang serakah?

Read More