SURAT UNTUK ANAKKU (23)

Ayah salah karena berpikir bahwa isu ODGJ -dalam foto dan tulisan- akan menarik orang-orang untuk mengetahui lebih jauh. Nyatanya, Ayah naif. Apa kepentingannya orang-orang dengan isu itu? Apa perlunya orang-orang menengok buku “mewah” yang dicetak susah payah itu? (Lain ceritanya dengan SupirOnLine -yang nyambi di antara shift kerjanya di restoran fast food- yang minggu lalu mengantarkan Ayah, ketika mendengar kata ODGJ di percakapan Ayah di HP, dia lantas bercerita tentang abangnya yang juga “sakit”, dua kali sempat masuk RSJ Grogol, rutin merawat -diselingi paksaan dan rayuan- agar Abangnya mau minum obat, di tengah penyakitnya yang tak kunjung sembuh.)

Read More

TERUSLAH MENULIS

Aku jatuh cinta pada kata-kata, dan kerap mengingat kelebat bayangan masa kecilku berteman mainan tentara plastik kecil, bermain perang-perangan di sebidang tanah sempit di teras rumahku, sendirian. Karenanya aku menulis puisi dan fiksi. Kalau akhirnya aku juga menulis soal investasi saham, mungkin hanya karena sayang saja kalau isi kepala disimpan sendiri, mungkin ada gunanya kalau bisa dibaca orang. Kalaupun tidak berguna, paling tidak sudah membantu meringankan beban otak, mengosongkan sedikit ruang untuknya, agar bisa terus berputar. Juga menulis soal lelarian, adalah “me-time” lanjutan setelah lari panjang. Semacam pelengkap dan penyempurna, complement sekaligus supplement. Bertualang lari dengan otot, dan bertualang kata-kata dengan otak. Yang keduanya perlu melibatkan hati. Kalau tidak, lalu apa artinya lari buatmu?

Read More

HALUSINASI

Tetapi bagaimana kalau kukatakan begini, yang terjadi sebenarnya adalah justru malah sebaliknya? Ya, sebaliknya! Ini bukan halusinasi! Yang terjadi adalah bahwa aku baru saja dibangunkan dari halusinasi egoku, halusinasi panjangku selama ini, halusinasi-tidak-takut-mati-nya seorang pelari ultra.

Read More