Pernah dengar lelucon ini? Teman senang, kita ikut senang. Teman sedih, kita lebiiih senang. (“Kamu jahad, Kakak”)
Zero sum game. Istilah keren. Kalau ada yang rugi, pasti ada yang untung. Kalau ada yang untung, pasti ada yang rugi. Apakah investasi saham seperti itu? Jawabnya tegas, tidak! Karena pada saat harga saham yang kita beli naik, kita untung, toh tidak ada yang marah karena rugi akibat saham kita yang naik tadi. Sebaliknya, dalam kondisi semua saham harganya berguguran, semua investor merugi (di atas kertas) dan tidak ada yang bersorak senang akibat turunnya harga saham yang kita pegang.
Jadi, misal ada teman (gak usah sebut nama) yang terusterusan mengajak main saham (Oom! Kok main saham sih?! Ups, maafkan #stopkatamainsaham), koreksi. Jadi, misal ada teman (gak usah sebut nama) yang terusterusan mengajak investasi saham, itu bukan karena dia bakal untung kalau kita rugi. Gak boleh menaruh curiga, suudzon. Mungkin dia justru mau kita menikmati untung bersamasama. Kalau rugi Oom? Rugi bersama? Mungkin, tapi pastinya bukan karena jahad seperti Kakak di atas. (Argh, kalau dia terusterusan mengajak mah rasarasanya bukan karena dia rugi terus cari teman kali ya?) Atau jangan-jangan dia gak punya saham? Lha, kalau gak punya saham, ngapain juga dia ngajak-ngajak investasi saham. Seperti tukang obat penumbuh kumis, tapi sendirinya gak punya kumis. Tinggal! Musuhin aja!
Mari cari musuh lainnya…
Kemarin saya ketemu teman baru kenal, dari luar pulau. Cerita punya cerita, dia pengen banget investasi di saham, tapi temannya teman ini melarang. Katanya sih indeks sudah tinggi, sekarang untung paling riak-riak kecil, recehan. Bedeugh!
“Dia cenayang?”
“Bukan.”
Mungkinkah dia orang yang sama yang bilang hanya tersisa riak-riak kecil waktu indeks saham di 600, atau di 1.000, atau di 4.000? (Indeks sekarang di 6.000an) Entahlah, yang pasti Mawar (temannya teman tadi, sebut saja begitu) tidak pernah gaul dan mengenal Charlie Munger (“The big money is not in buying and selling, but in the waiting”).
Apakah Mawar melarang padahal Mawar adalah seorang investor saham? Lha, jahad dong, kok melarang, nanti kalau untunguntung sendirian dong? (Si Untung Bebek yang untung melulu sering kesepian lho). Atau Mawar janganjangan sama sekali bukan seorang investor saham? Jiaahhh, another tukang obat kumis dong.
Jadi, mana yang lebih menarik, yang mengajak atau yang melarang? Kamu pilih mana? Kalau saya sih pilih yang itu tuh.
NH
Kalau saya memilih dia yang bisa kasih kepastian, Pak. Udah capek sama janji dan harapan palsu soalnya. Hihi.
LikeLike
Terlalu… Hahaha…
LikeLike