“Untuk yang mau masuk ke dunia investasi (saham), ingat prinsip utamanya, uang yang dipakai adalah uang yang anda sanggup ikhlaskan seandainya hilang semua.”
Pernah membaca tulisan sejenis? Atau mendengar omongan senada?
Lalu, apa menariknya dunia investasi kalau belum apaapa sudah diwantiwanti harus sanggup seandainya kehilangan uang? Dan, lebih sakitnya, diminta ikhlaskan pula?
(Atau yang model begini, “Siap-siap saja bayar uang sekolah di awal-awalnya.” Seolah kita bakal rebutan uang sekolah dengan anak-anak kita.)
Kehilangan semua uang? Memangnya kita sedang bertaruh? Sejenis judi gitu? (Tuh kan, kamukamu juga sih yang kontribusi ngasih stigma salah.) Mengerti kok kalau konon di dalam kata investasi (saham) selalu ada juga yang namanya risiko, tapi, catat ya, risiko sebagai pemilik perusahaan (ulang: pemilik perusahaan), mengerti’kan? Sila ngobrol sama pemilik kedai pecel lele di kantin, mungkin jawabannya sedikit membantu. Jadi, soal risiko kehilangan semua uang? Coba evaluasi, mungkin kita salah jurusan, dan salah pencernaan (baca: mencerna).
Terkadang ketika kita menulis atau bicara, kita sering abai dengan keterbatasan dan kedangkalan pengetahuan kita, tapi nekad nyablak. Terkadang yang kita pikirkan hanyalah betapa kerennya kalimat-kalimat kita, bertajinya kepala kita, sambil berharap efek-waow dari pembaca dan pendengar.
Kalau ada nasihat bijak, “jangan pernah sekalikali percaya omongan orang yang tidak kita mengerti”, di sisi lain jadi perlu ditambahkan, “jangan pernah nulis dan ngomong sesuatu yang tidak kita mengerti”.
Kita harus cukup bodoh untuk menjadi pintar, dan cukup pintar untuk menjadi bijak.
Salam investasi.
NH