Teman saya, sejak kuliah, mengirim WA, mengajak makan siang. Mengundang tepatnya. Baubaunya dia sedang bahagia.

Ketika bertemu, matanya tampak berkejora-jora. Saya membayangkan dia akan menawarkan, “Lu boleh pesen menu makanan yang biasanya lu lewatin karena harganya mahal.” Ternyata dia tidak sebaik itu, atau sekejam itu. Tapi menu makan kami siang itu sudah sangat mewah; sayur lodeh, sate ayam campur kulit, tahu telor, plus tahu kipas. Nasiputih pastinya. Yummy.

Dia, seorang pengusaha konsultasi, bercerita tentang hari-harinya sekarang (di usia kepala lima) yang menyenangkan, selalu ingin weekend cepat berlalu, tidak sabar menunggu hari Senin, teng!, dan pasar saham dibuka. Olala, dia memang baru mencatatkan diri menjadi investor saham sejak Maret, saat virus jahanam itu mulai menginvasi Indonesia. Dan dengan berbinar, dia mengatakan telah mengantungi keuntungan enam puluh persen!, dengan metode tanpa njlimet.

Saya berhitung investasi saya, periode yang sama, ternyata menghasilkan besar keuntungan serupa. Dia baru sembilan bulan di pasar, sedangkan saya sudah duapuluh tahun lebih, dua puluh tahun lebih!, dengan hasil yang sama! Sejuta topan badai, demi kepiting rebus, dimana keadilan?

Oh tidak, percayalah, saya tidak se-haddock itu. Walaupun ada banyak investor yang untungnya jauh lebih besar dari angka itu, saya sudah sangat-happy-banget dengan rezeki kepunyaan saya, se-happy teman saya.

Pesan moralnya? Monggo dibaca ulang. (Tuliskan di komen, yang bagus-bagus tak kirimin buku #StopBeingnJlimet, ini serius!). Tapi satu hal yang tersirat, bahwasannya, berkecimpung lama di pasar jangan sombong, tidak menjamin kok jadi jagoan yang lebih lihai dari si pemula, dan sebaliknya, baru memulai lembaran hidup baru sebagai investor jangan minderan, gak ada tuh dalil yang bilang bakal kalah kinclong sama para bangkotan itu.

(Minggu pagi, Agustus 2017, bersama Robert P Miles, dari Warren Buffet Scholar, sembari kami berjalan kaki di Sudirman, dia terheran-heran dengan kinerja sepuluh tahun terakhir IHSG dan LQ45, “Itu mah ngalah-ngalahin Om WB.” Makanya WB orangnya gak sombong.)

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

2 replies on “I LIKE MONDAY

  1. Kisah ini mewakili kisah ku yang mulai berbisnis saham di tahun ini tapat nya dibulan juni waktu market mulai meninggalkan trend bearish..syukur alhamdulillah banyak pelajaran dan ilmu yang kami dapat termasuk menemukan bacaan yang rutin kami baca di website ini…2020 kami di BEI di tutup dengan hasil yang menurut kami tak henti untuk mengucap syukur… walau kecil 23% ini menjadi pengalaman yang tidak terlupakan..

    terimakasih 2020

    Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.