“Jaga Jarak Jangan Terlalu Dekat, Nanti Sayang”

Truk penyiram tanaman itu berjalan perlahan di kanan, aku mengambil sisi kirinya, melewatinya sambil tersenyum, gara-gara tulisan di bawah plat nomor mobil itu. Hiburan segar, malam usai IG Live, dari kantor kecil emitennews di pojok sebuah gang sempit di Selatan. Melintas jalan-jalan lengang, Jakarta yang tidak lagi sama. Percakapan akrab live tadi masih menarikku, bermain di kepalaku. Dan sebuah kalimat pamungkas yang menggantung, “Investor mengamankan aset, trader mempertaruhkan aset”.


Akhirnya aku tiba juga di titik ini. Lega. Sebuah garis tebal harus ditarik, supaya jelas. Untuk siapapun.

Investor yang membeli saham (dan reksa dana) dengan harapan uangnya tidak dikonsumtifkan (diboroskan), dan tidak tergerus inflasi (nilainya menurun), yang berinvestasi untuk simpanan bekal rencana nikah, punya bayi, anak sekolah dan kuliah, hingga keinginan pensiun tua makmur, plus mimpi indah financial freedom, jelas sudah, itulah “mengamankan aset”, mengubah bentuk aset uang anda yang rentan ke bentuk instrumen lain, untuk tujuan mengamankan. Kenaikan harga saham, plus dividen berkala, menjadi harapan agar mampu menaikkan (baca: mengamankan) nilai asetnya, untuk nantinya cukup menutupi semua kebutuhan keluarga dan kehidupan, serta mimpi masa depan di kemudian hari. (Syukur-syukur semesta berbaik hati, ada hasil lebih.) Itulah yang namanya investasi. Itulah pengertian mengamankan aset. Titik. Sederhana.

Kalau tujuan anda membeli saham bukan untuk itu semua, artinya bukan untuk mengamankan uang anda yang anda pakai untuk membeli saham itu, ingatlah, anda tidak sedang berinvestasi. Anda sedang berdagang, trading, mengubah bentuk aset uang anda menjadi barang dagangan. Anda belum berinvestasi! Anda sedang bekerja. Anda sedang berusaha menghasilkankan uang lebih banyak dengan aset uang yang anda miliki. Untuk tambahan penghasilan bulanan, untuk tambahan belanja dapur, untuk tambahan uang laki-laki (dan perempuan). Atau bisa juga, tambahan penghasilan dari trading saham itulah yang justru nantinya akan anda investasikan.

Teman trader di acara itu mengingatkan dan memperingatkan, trader itu “mempertaruhkan aset”, jadi harus selalu berhati-hati. Ya, trading saham bertujuan menghasilkan uang dari barang dagangan yang namanya saham, dengan -apa boleh buat- mempertaruhkan aset uang kita. Salah? Tentu saja tidak. Tidak ada yang salah dengan berdagang, bekerja. Baik malah. Tetapi kalau “pekerjaan” anda ternyata tidak menghasilkan apapun, atau malah sebaliknya membuat anda selalu tekor (karena tidak mengerti apa yang “dikerjakan”, karena “bekerja” hanya ikut-ikutan saja akibat dengar si ini baca si itu, dan -terutama- karena anda salah kaprah antara investasi dan trading!), rehatlah sejenak. Lakukan evaluasi, perbanyaklah belajar, dan cepatlah sadar. Mungkin saja ini bukan “pekerjaan” yang cocok untuk anda harapkan dapat penghasilan tambahan. Carilah pekerjaan sambilan yang lain.

Lalu mulailah berinvestasi!


Memang benar truk itu. Kalau keburu terlalu dekat, jadinya terlanjur sayang.

NH

Posted by:Nicky Hogan

Nicky menjalani hidup limapuluh tahun, gemar berlari empatpuluh tahun, merambah alam tigapuluh tahun, bekerja di pasar modal duapuluh tahun, suka menulis sepuluh tahun. Dan inilah tulisannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.