“We shouldn’t try to change people, we should change the world in which people live.” ~ Bucky Fuller
Dik, cerita horror apa sih yang kamu dengar soal saham?
• Maksud Kakak?
Ya, cerita seram apa yang sudah kamu dengar hingga kamu begitu takut dengan saham.
• Eh, kok takut Kak?
Ya, kesempatan terbuka lebar, sudah sering dengar dan baca, dan kamu tetap tidak juga memulainya, belum membuka rekening atau belum mulai membeli saham pertamamu setelah sekian lama.
• Hmm, risiko Kak.
Risiko rugi?
• Ya.
Darimana kamu dengar?
• Ya itu, cerita orang-orang yang rugi di saham.
Cerita orang yang untung tidak ada?
• Mungkin ada, tapi lebih banyak cerita yang rugi kan Kak.
Kenapa mereka rugi?
• Tidak tahu, tapi pastinya saham berisiko, buktinya banyak yang rugi, iya kan? Tanpa saham, hidup saya baik-baik saja kok, lalu kenapa mesti ambil risiko?
Hidupmu baik-baik saja?
• Ya. Dan kenapa Kakak juga mengambil risiko dengan terus menerus mengajak untuk sesuatu yang berisiko?
(“Tiba-tiba saya seolah menjelma menjadi monster dengan taring dan tanduk. Horror.”)
Salahkah saya?
• Setiap kali membaca tulisan Kakak, saya merasa telunjuk itu diarahkan ke saya. Sampai-sampai saya segan untuk membacanya.
Astaga! Oh ya? Hidup memang masalah pilihan sih, Dik. Risiko pilihan saya, mungkin.
• Ya Kak.
Tetapi kenapa takut dengan risiko? Hidup itu sendiri adalah sebuah risiko kan?
• Justru itu, karena hidup sudah memiliki risikonya sendiri, kenapa mesti menambahkan, Kak. Kenapa tidak hidup baik-baik saja? Untuk saya. Untuk Kakak juga.
(“Tiba-tiba saya seolah dilontarkan jauh, jauh ke dalam ruang-luas-kosong-gelap-takberpenghuni. Horror.”)
NH