Bodong. Saya membuka kembali artikel setahun lalu itu. Tertulis, ada 2 kelompok korban. Yang pertama, kaum lugu. Dan yang kedua, kaum serakah. Untuk kaum kedua, saya sedikit ragu waktu itu, adakah itu. Dan sekarang saya dengan pede mengatakan, memang begitulah adanya.
HP saya berkedip bergetar (karena sudah diatur selalu silence), WA dari teman yang terus mengejar jawaban. Dia ditawarkan “investasi”, setoran dalam USD, yang setiap minggu menghasilkan, ya, setiap minggu mendapatkan untung pengembalian dana. Ada screenshot dari temannya yang mengatakan sudah balik modal dan ke depannya tinggal memanen keuntungan. Lengkap dengan embel-embel macam “Market masih sangat aman tahun ini”, “Untuk kalangan sendiri, gak usah sebar-sebar”, “Bukan MLM”, “Mau kenalin orang atau tidak, tiap minggu dapat uang”, “Tapi kalau ajak teman ada sistem perhitungannya”. Plus foto-foto dengan petinggi negara tetangga (tipikal jualan murahan, mengandalkan foto-foto dengan tomas/tokohmasyarakat dan toga/tokohagama yang disalahgunakan.) Capek deh.
“Katanya investasi saham-saham gitu, boleh ikut?” Teman saya mendesak. Teman saya yang lugu. Namun temannya adalah seorang serakah. Dan jahat. Karena kepada teman saya, dia mengatakan, hanya perlu menunggu beberapa minggu atau bulan saja untuk balik modal, setelah itu sudah aman dan untung. Dia mengerti risiko itu. Tetapi dia mengaku, tidak tahu sama sekali bisnis apa yang dijalankan di balik ini. (Mereka dulu teman kuliah, sekarang teman seprofesi, salah satu profesi paling terhormat di muka bumi ini. Bayangkan, berteman puluhan tahun dan berlatar belakang pendidikan kaum intelektual. Bayangkan.)
Tidak butuh waktu lama, terimakasih tekhnologi, saya menemukan tulisan-tulisan, persis menyangkut nama yang menawarkan produk itu. Termasuk berita 28 April 2019, Otoritas Jasa Keuangan menghentikan 73 entitas penawar “investasi” bodong. (Nama entitas itu sudah ada di daftar 73, tetapi ternyata saat ini masih beredar. #speechless.)
“Waduh!”, teriak teman saya. Dia segera membatalkan rencana pertemuannya. Dengan keluguannya, dia akan bilang ke temannya, sudah janjian mau nonton End Game. Lagi. Hari Minggu nanti. (“Gak usah bilang nonton. Mending suruh temen lu tobat!”)
***
After credit scene:
(Info terakhir, nama itu masih berkeliaran. Jangan ya Sayang, jangan. Kamu bukan orang lugu dan kamu gak serakah, kan?)
NH