“Di dunia saham, benarkah ada bandarnya? Sebab ada yang bilang ada, ada yang bilang tidak ada.”
Pertanyaan sederhana. Singkat. Lugas.
Mereka, layaknya hantu, ada atau tiada?
“Jawabannya, ada!”
Jawaban singkat. Tegas. Jujur. (“I love you 3000.”)
Dua hal. Pertama, mereka ada, tidak seluruhnya, menguasai sebagian besar saham kecil miliknya, yang dengan leluasa memainkannya, menggorengnya, tanpa peduli segala rumus ekonomi. Menguasai peta permainan dan kepemilikan, “mereka di tempat gelap, kita di tempat terang”, sehingga mudah saja bagi mereka “membaca” kita, menyetir mau dibawa kemana. Kadang mungkin membiarkan kita “mencuri” recehnya, dan kita terbahagiakan hanya karena recehan, #manusiarecehan. (Layaknya seorang politikus, yang mencium pipi sang bocah, dan pada saat bersamaan mencuri lolipop miliknya. ~ The Hunt for Red October)
Kedua, di saham besar (baca: blue chips), dengan kepemilikan tersebar, nilai kapitalisasi besar, dan mengikuti keilmuan ekonomi, mereka tidak berkutik (kecuali bandarsuper, mungkin). Butuh persediaan megadana, butuh melawan barisan orang-orang pintar, dan butuh melawan deretan hukum ekonomi. Menjungkirbalikkan harga saham perusahaan blue chips? Emoh, dunia dan semesta ada di belakangnya. Nyerah, mereka hanya bisa dan mampu dan sanggup dan berani di saham recehan, their small little world. Ndak lepel dengan dunia kita yang kaya, luas, penuh warnawarni, rasional, dan ideal.
Tidakkah ada peraturan yang mampu mengeliminir, atau setidaknya, melimitasi mereka? Simpan pertanyaan itu. Tengok sisi yang ini saja. Sebenarnya, kitalah yang “menciptakan” dan memelihara mereka, membuat mereka tetap exist, jualan mereka dibeli kita, demand kita disupply mereka, keserakahan kita dientertain mereka. Klop. (Seperti halnya produk bodong yang akan selalu patah tumbuh hilang berganti, selama “greedy” adalah nama tengah kita.)
Jadi kalau bandar, nyata ada. Ngomong-ngomong, kalau hantu itu ada atau tiada ya?
NH